Berpikir Deduktif
Deduksi berasal dari bahasa Inggris deduction yang berarti
penarikankesimpulan dari keadaan-keadaan yang umum, menemukan yang khusus
dari yang umum. Deduksi adalah cara berpikir yang di tangkap atau di ambil dari
pernyataan yang bersifat umum lalu ditarik kesimpulan yang bersifat khusus.
Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang
dinamakan silogismus.
Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang
menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam
bagian-bagiannya yang khusus.
Berpikir Induktif
Induksi adalah cara mempelajari sesuatu yang bertolak dari
hal-hal atau peristiwa khusus untuk menentukan hukum yang umum. Induksi
merupakan cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari
berbagai kasus yang bersifat individual. Penalaran secara induktif dimulai
dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang
khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan
yang bersifat umum(filsafat ilmu.hal 48 Jujun.S.Suriasumantri Pustaka Sinar
Harapan. 2005)
Berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam
berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan
difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti.
Generalisasi adalah bentuk dari metode berpikir induktif.
(www.id.wikipedia.com)
Jalan induksi mengambil jalan tengah, yakni di antara jalan
yang memeriksa cuma satu bukti saja dan jalan yang menghitung lebih dari satu,
tetapi boleh dihitung semuanya satu persatu. Induksi mengandaikan, bahwa karena
beberapa (tiada semuanya) di antara bukti yang diperiksanya itu benar, maka
sekalian bukti lain yang sekawan, sekelas dengan dia benar pula.
Jenis penalaran
deduktif yaitu:
-Silogisme Kategorial = Silogisme yang terjadi dari tiga
proposisi.
-Silogisme Hipotesis = Silogisme yang terdiri atas premis
mayor yang berproposisi konditional hipotesis.
-Silogisme Akternatif = Silogisme yang terdiri atas premis
mayor berupa proposisi alternatif.
-Entimen = Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis
minor dan simpulan.
Penalaran ilmiah pada hakikatnya merupakan gabungan dari
penalaran deduktif dan induktif. Dimana lebih lanjut penalaran deduktif terkait
dengan rasionalisme dan penalaran induktif dengan empirisme. Secara rasional
ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif, sedangkan secara
empiris ilmu memisahkan antara pengetahuan yang sesuai fakta dengan yang tidak.
Karena itu sebelum teruji kebenarannya secara empiris semua penjelasan rasional
yang diajukan statusnya hanyalah bersifat sementara, Penjelasan sementara ini
biasanya disebut hipotesis.
Hipotesis ini pada dasarnya disusun secara deduktif dengan
mengambil premis-premis dari pengetahuan ilmiah yang sudah diketahui
sebelumnya, kemudian pada tahap pengujian hipotesis proses induksi mulai
memegang peranan di mana dikumpulkan fakta-fakta empiris untuk menilai apakah
suatu hipotesis di dukung fakta atau tidak. Sehingga kemudian hipotesis
tersebut dapat diterima atau ditolak.
Ada 3 macam penalaran Induktif :
1. Generalisasi
Merupakan penarikan kesimpulan umum dari pernyataan atau data-data yang ada.
1. Generalisasi
Merupakan penarikan kesimpulan umum dari pernyataan atau data-data yang ada.
Dibagi menjadi 2 :
a. Generalisasi Sempurna / Tanpa loncatan induktif
a. Generalisasi Sempurna / Tanpa loncatan induktif
Fakta yang diberikan cukup banyak
dan meyakinkan.
Contoh :
- Sensus Penduduk.
- Jika dipanaskan,
besi memuai.
Jika
dipanaskan, baja memuai.
Jika
dipanaskan, tembaga memuai.
Jadi,
jika dipanaskan semua logam akan memuai.
b. Generalisasi Tidak Sempurna / Dengan loncatan induktif
Fakta yang digunakan belum
mencerminkan seluruh fenomena yang ada.
Contoh :
Setelah kita menyelidiki sebagian bangsa Indonesia bahwa
mereka adalah manusia yang suka bergotong-royong, kemudian kita simpulkan bahwa
bangsa Indonesia adalah bangsa yang suka bergotong-royong.
2. Analogi
Merupakan penarikan kesimpulan
berdasarkan kesamaan data atau fakta. Pada analogi biasanya membandingkan
2 hal yang memiliki karakteristik berbeda namun dicari persamaan yang ada di
tiap bagiannya.
Tujuan dari analogi :
Tujuan dari analogi :
- Meramalkan kesamaan.
- Mengelompokkan klasifikasi.
- Menyingkapkan kekeliruan.
Contoh :
Ronaldo adalah pesepak bola.
Ronaldo berbakat bermain bola.
Ronaldo adalah pemain real madrid.
3. Kausal
Merupakan proses penarikan kesimpulan dengan prinsip sebab-akibat.
Terdiri dari 3 pola, yaitu :
Merupakan proses penarikan kesimpulan dengan prinsip sebab-akibat.
Terdiri dari 3 pola, yaitu :
a. Sebab ke akibat = Dari peristiwa yang dianggap
sebagai akibat ke kesimpulan sebagai efek.
Contoh : Karena terjatuh di tangga, Kibum harus
beristirahat selama 6 bulan.
b. Akibat ke sebab = Dari peristiwa yang dianggap
sebagai akibat ke kejadian yang dianggap penyebabnya.
Contoh : Jari kelingking Leeteuk patah karena memukul
papan itu.
c. Akibat ke akibat = Dari satu akibat ke akibat
lainnya tanpa menyebutkan penyebabnya.
Maka dapat disimpulkan bahwa penalaran deduktif dan
penalaran induktif diperlukan dalam proses pencarian pengetahuan yang benar.
No comments:
Post a Comment